("Maaf gambarnya kurang sinar, maklum saya tukang foto amatir, hehe") |
Bagus Bukan ? |
Secara kosmologi, Taman Ujung Karangasem merupakan pertemuan antara gunung dan laut yang masing-masing terwakili oleh Gunung Lempuyangan di sebelah timurlaut, Gunung Agung di sebelah barat, dan laut atau Selat Lombok di sebelah Timurnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter. Konsep gunung-laut sangat dihormati dan sering diterapkan pada masyarakat tradisional di Nusantara. Konsep ini dapat diartikan sebagai tempat memutaran mandalagiri dalam pencarian air kehidupan atau sebagai tempat pertemuan antara penguasa gunung dan penguasa lautan sehingga menghasilkan kemakmuran (kehidupan) pada bumi. Konsep tersebut secara simbolis dapat diwujudkan dalam 4 buah kolam di Taman Ujung Karangasem tersebut.
Keindahan Taman Ujung Karangasem sempat tidak terlihat ketika terjadi bencana alam antara lain: letusan dan genpa Gunung Agung pada tahun 1963, gempa Seririt pada tahun 1876, dan gempa bumi Culik pada tahun 1978. Hampir selama 25 tahun bangunan Taman Ujung Karangasem terbengkalai dan runtuh tanpa ada perbaikan dari Puri Karangasem ataupun Pemerintah. Baru pada tahun 1994, pemerintah melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Puebakala) yang berkedudukan di Pejeng, Gianyar melakukan investigasi dengan cara mengidentifikasi dan merekam seluruh tingkat kerusakan bangunannya serta mencoba merekonstruksi di atas kertas. Pada tahun 2001 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) berhasil memugar kembali dua kanopi yang menghubungkan dengan Bale Gili serta membuat copy dari beberapa relief wayang yang menjadi reruntuhan termasuk juga membuat peta situasi dari taman tersebut.
Tahun 1999, Bank Dunia memberikan perhatian melalui Culture Heritage Conservation (di bawah naungan Dinas Kebudayaan Propinsi Bali) untuk melakukan studi konservasi. Akhirnya pada tahun 2002 Bank Dunia memberikan bantuan dana untuk pemugaran Taman Ujung yang dimanfaatkan untuk pembangunan pagar keliling, pintu gerbang serta perbaikan kolam. Pada tahun 2003 dengan bantuan yang sama melakukan perbaikan di Bale Warak, Bale Gili, Bale Kambang, Bale Lanjuk, Bale Kapal, dan lainnya. Pengerjaan konservasi dapat diselesaikan pada bulan Mei 2004 dengan menghabiskan keseluruhan dana bantuan sebesar 10 milyar rupiah.
Pada tanggal 7 Juli 2004 diresmikan kembali sebagai sarana pariwisata melalui acara melaspas (upacara peresmian secara adat dan agama Hindu) oleh beberapa tokoh puri dan masyarakat. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Gubernur Propinsi Bali. Kondisi Taman Ujung pada waktu sekarang sangat eksotik dan indah, sehingga menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk mengunjunginya. Keindahan Pantai Ujung juga menambah daya tarik tersendiri terutama keramahan masyarakat nelayannya dengan perahu cadik sebagai sarana mencari ikan. Walaupun kondisi pantai yang semakin terkikis oleh abrasi laut tidak akan mengurai keindahan Taman Ujung Karangasem. Demikian juga air dari Bale Warak yang sudah tidak mengalir akibat sumber mata air yang kering, juga tidak mengurangi keindahan bangunannya. Selamat berkunjung .
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa, koment komentnya ^_^
Jika ingin copas, tolong cantumkan LINK blog ini.